04 December 2005

Emosi Terpendam

Dari penglihatan yang mulai tidak jelas, terlihat sesosok manusia bertubuh kekar sedang asik menikmati hidangan yang disediakan oleh pelayan Kantin. Pelayan kanti itu berparas ayu dan lugu maklum mereka itu baru datang dari Udik (kampung) pergi ke Kota dengan tujuan ingin merubah kemiskinan, Katanya di Kota gampang cari duit, tinggal bermodalkan nekat. Jawab seseorang yang mereka anggap berhasil mengadu nasib di Jakarta, yang akrab ditelinga mereka dengan sebutan Kota Metropolitan.
Tempat yang mereka tinggalkan, demi peningkatan taraf hidup keluarga tidak berarti apa-apa, tak heran banyak sekali Investor-investor asing maupun lokal berebut mendapatkan sebidang tanah guna kepentingan bisnis semata diperkampungan.

Bagi mereka menjual sebidang tanah, tidak menjadi soal selama tanah yang dijual, tinggi nilai jual. Tetapi sepandai-pandainya Penduduk udik, masih bisa dibuat bingung dengan penawaran Investor yang kadang-kadang mereka tidak mau membeli sebidang tanah dengan harga tinggi. Karena menurut Investor sebidang tanah di Kampung tidak berarti sama sekali. Lain halnya dengan di kota 1 meter saja bisa mencapai 1,5 Juta.
Dua Fenomena diatas menggambarkan betapa kecilnya nilai dari sebuah perkampungan bila dibanding dengan perkotaan, yang menjanjikan kemewahan. Banyaknya Urbanisasi menuju ibu kota menyebabkan bertambahnya angka pengangguran dan berdampak pada pertumbuhan angka kriminalitas. Dikarenakan tidak seimbangnya pertumbuhan pengganguran dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan.
Kalo kita kaji secara dalam, sebenarnya semuanya disebabkan oleh faktor Ekonomi dan kebutuhan yang mendesak. Namun pemerintah kurang sekali mensikapi permasalahan yang mendasari itu semua. Mereka lebih banyak mengfokuskan bagaimana dana bantuan bisa segera di terima untuk dibagikan kepada yang berhak dalam hal ini Para Koruptor yang mengatas namakan Rakyat.
Belum itu saja, mereka, disibukan dengan berbagai aktivitas yang menggunakan biaya sangat besar. Hanya untuk menggolkan kepentingan Partai Politik yang mereka Usung. Sering terlihat di media masa antusias mereka saat melakukan sidang bersama, sampai terlihat di layar kaca Televisi Anda, ada wakil kita yang sedang serius memikirkan bangsa sampai terbawa kealam mimpi walaupun pada saat itu sedang diadakan rapat dengar pendapat mengenai nasib bangsa khususnya Rakyat Indonesia.
Besarnya pendapatan pokok gajih mereka, mereka melakukan tugasnya dengan menaikan pendapatan yang diperoleh sebagai wakil rakyat. pada saat itu Rakyat sedang dipusingkan oleh kebijakan pemerintah mengenai kenaikan BBM yang berakibat kesengsaraan rakyat kecil.
Tak habis pikir, pemerintah menggunakan siasat dengan memberikan subsidi langsung per tiga bulan sebesar 100.000. Ironis sekali bahwa bangsa kita hanya dihargai dengan 100.000 demi kelancaran dan terwujudnya KKN yang adil dan bijaksana dalam kerangka kesatuan. SEbagai penerus bangsa mari kita mulai dengan niat dalam hati untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa ini. Karena kalo bukan kita lalu siapa lagi.

No comments: